Presiden AS Joe Biden menuduh pasukan Rusia melakukan “genosida”, tetapi mengklarifikasi bahwa hal itu tergantung kepada pengacara internasional untuk menentukan tindakan Rusia di Ukraina tersebut.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada hari Selasa (12/04), untuk pertama kalinya menyebut pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan genosida di Ukraina. Ia mengatakan bahwa Putin mencoba untuk “menghapus gagasan bahkan untuk bisa menjadi seorang Ukraina.”
“Ya, saya menyebutnya genosida,” tuturnya, dikutip dari Associated Press.
Hal ini ia sampaikan dalam pidatonya tentang melonjaknya harga BBM di AS. Biden mengatakan kemampuan orang Amerika untuk membeli BBM tidak boleh bergantung pada apakah “seorang diktator menyatakan perang dan melakukan genosida di belahan dunia lain.”
Setelah ditekan tentang penggunaan istilah itu oleh awak media, Biden mengklarifikasi bahwa hal itu tergantung kepada pengadilan untuk menentukan apakah tindakan Rusia di Ukraina – di mana ia dituduh melakukan kekejaman terhadap warga sipil – merupakan genosida. Dia menambahkan bahwa “buktinya semakin banyak.”
“Kami akan membiarkan pengacara memutuskan secara internasional apakah itu memenuhi syarat atau tidak, tetapi tampaknya seperti itu (memenuhi syarat genosida) bagi saya,” katanya. “Lebih banyak bukti muncul dari hal-hal mengerikan yang dilakukan Rusia di Ukraina.”
Di bawah hukum internasional, genosida didefinisikan sebagai niat untuk menghancurkan — secara keseluruhan atau sebagian — suatu kelompok nasional, etnis, ras atau, agama.
Sejak akhir Perang Dingin, Departemen Luar Negeri AS secara resmi menggunakan istilah “genosida” sebanyak tujuh kali. Sebelumnya, Biden menyebut Putin sebagai “penjahat perang” di tengah kemarahan global dan memintanya untuk diadili atas dugaan kekejaman tersebut. Washington juga telah berulang kali menggambarkan kekejaman Rusia terhadap Ukraina sebagai “kejahatan perang.”
-
Genosida Armenia 1915: Iblis dari Masa Lalu
Bertikai Demi Sejarah
Konflik seputar pembantaian Armenia oleh Kesultanan Usmaniyah adalah pertikaian memperebutkan hak buat menulis sejarah. Turki menolak istilah genosida. Sementara Eropa, Armenia dan sebagian negara bagian di Amerika Serikat menggunakan kata tersebut buat menggambarkan tragedi 100 tahun lalu. Selama pertikaian ini belum tuntas, maka tidak ada kejelasan buat keluarga korban.
-
Genosida Armenia 1915: Iblis dari Masa Lalu
Korban Perang
Turki selama ini berdalih “deportasi” yang melumat nyawa jutaan warga Armenia itu adalah langkah yang diperlukan demi memenangkan perang. Saat itu minoritas Armenia di Kesultanan Usmaniyah lebih mendukung Rusia. Sebagian dikabarkan dipersenjatai dan memberontak terhadap Istanbul. Menurut berbagai sumber eskalasi konflik berujung pada pembantaian dan pemerkosaan masal.
-
Genosida Armenia 1915: Iblis dari Masa Lalu
Berdalih Tanpa Henti
Turki berupaya mencari pembenaran atas pembantaian pada April 1915 dengan menekankan “pengkhianatan” yang dilakukan sebagian warga Armenia. Uniknya, bapak pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Attaturk, mengecam pembantaian tersebut sebagai “aib” bagi bangsa Turki.
-
Genosida Armenia 1915: Iblis dari Masa Lalu
Titah Sang Menteri
Genosida di Turki berawal dari perintah Mehmet Talaat, Menteri Dalam Negeri Kesultanan Usmaniyah. Catatan sejarah Barat melaporkan, pada 27 Mai 1915 Talaat memerintahkan semua warga Armenia yang berada di wilayah perang agar dideportasi ke Suriah dan Mosul. Pengusiran besar-besaran ini dilakukan lima hari kemudian, diselingi dengan pembantaian dan pemerkosaan masal.
-
Genosida Armenia 1915: Iblis dari Masa Lalu
Kehilangan Harta Benda
Pengusiran masal terhadap minoritas Armenia juga menyisakan kerugian ekonomi. Harta dan tanah disita oleh kesultanan. Berbeda dengan kasus Holocaust pada Perang Dunia II, hingga kini pemerintah Turki bersikeras menolak membayar kerugian terhadap keluarga korban yang kehilangan harta bendanya.
-
Genosida Armenia 1915: Iblis dari Masa Lalu
Dukungan dari Jerman
Menurut Duta Besar Jerman Hans von Wangenheim pada masa itu, Turki memanfaatkan dalih perang untuk “mengeliminasi musuh Kristen di dalam negeri.” Jerman yang bersekutu dengan Turki mendukung genosida terhadap warga Armenia, karena “juga menjadi kepentingan Jerman, demi memperkuat sekutu kita, Turki,” tulisnya. Tampak dalam gambar kaisar Wilhelm II di Kontantinopel pada deklarasi Perang Dunia I.
-
Genosida Armenia 1915: Iblis dari Masa Lalu
Pengakuan dari Dalam
Belakangan semakin banyak warga Turki yang mengakui pembantaian Armenia. Pemenang hadiah nobel sastra, Orhan Parmuk, adalah salah satunya. Namun akitivis, jurnalis dan sastrawan yang terlibat dalam gerakan kecil tersebut harus berhadapan dengan amarah kelompok ultra nasionalis.
Penulis: rzn/yf (dari berbagai sumber)
AS siap kirim senjata ke Ukraina
Dilansir kantor berita Reuters, dua pejabat AS mengatakan bahwa pemerintah AS diperkirakan akan mengumumkan bantuan militer untuk Ukraina pada hari Rabu (13/04) ini.
Dikatakan bahwa AS akan mengirim senjata senilai US$750 juta (Rp10,5 triliun) untuk Ukraina berperang melawan pasukan Rusia. Pengadaan senjata tersebut akan didanai menggunakan Otoritas Penarikan Presiden (PDA) yang memungkinkan Presiden AS untuk mentransfer artikel dan layanan dari saham AS tanpa persetujuan dari Kongres dalam menanggapi keadaan darurat.
Salah satu pejabat mengatakan penentuan akhir masih dibuat tentang komposisi senjata.
Seorang penasihat senior kongres mengatakan bantuan senjata yang akan diumumkan kemungkinan akan mencakup sistem artileri darat berat ke Ukraina, termasuk howitzer.
Putin: Operasi militer di Ukraina akan terus berlanjut
Presiden Rusia Vladimir Putin dalam komentar publiknya mengatakan bahwa operasi militer Rusia di Ukraina berjalan sesuai rencana. Ia memperingatkan bahwa serangan yang dilancarkan ke tetangganya itu tak akan berakhir sampai Moskow berhasil. Hal tersebut ia sampaikan dalam kunjungannya ke fasilitas peluncuran ruang angkasa di Kosmodrom Vostochny di Rusia timur, Selasa (12/04).
”Operasi ini akan berlanjut hingga benar-benar selesai dan memenuhi tugas yang telah ditetapkan,” katanya.
Lebih lanjut, Putin membantah tuduhan bahwa pasukan Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di Bucha dengan menyebut kasus itu sebagai “palsu.”
Putin juga menambahkan bahwa pembicaraan damai antara kedua negara menemui jalan buntu. “Artinya, kami kembali ke jalan buntu untuk diri sendiri dan untuk semua,” pungkas Putin.
Serangan Rusia ke Ukraina telah terjadi sejak 24 Februari lalu.
Rusia enggan menyebut invasi mereka sebagai perang, tetapi menyebutnya sebagai “operasi militer khusus” untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Ukraina dan sebagian besar dunia telah mengutuk istilah itu sebagai dalih palsu untuk invasi ke negara demokratis.
rap/ha (AP, AFP, Reuters, dpa)