Namun, skema ini dikritik oleh epidemiolog FKM UI yang dikenal sebagai Juru Wabah, Pandu Riono. Menurut Pandu, kelompok yang seharusnya diprioritaskan vaksinasi adalah guru.
“Saya enggak setuju, saya lebih setuju guru. Harus dibalik (pedagang setelah guru),” kata Pandu saat dihubungi kumparan, Senin (15/2).
Pandu menilai vaksinasi ke para guru sangat penting agar sekolah tatap muka bisa segera digelar serentak. Guru yang dimaksud Pandu mencakup semua tenaga pendidik, termasuk dosen, kiai dan ulama yang mengajar di pesantren .
“Guru kan sekolah, sekarang kita murid-murid, mau membuka masa depan. Guru harus didahulukan, di presentasi saya [ke Menkes Budi Gunadi], saya tulis, guru, kiai pesantren, mereka kan ngajar, melindungi masa depan anak-anak dengan guru gurunya. Ini kan banyak kiai yang meninggal, dosen-dosen usia 60-70an meninggal, belum selesai mentransfer ilmu ilmu,” ucap Pandu.
“Bayangkan dunia masa depan pendidikan kita, kalau kita mengalami bonus demografi. Mumpung masih banyak yang muda, dosen-dosen yang [usia] 40-50’an kan juga masih banyak yang meninggal juga, jadi kita harus, guru setelah nakes, lansia, guru,” sambungnya.
Kesimpulannya, Pandu menyarankan pedagang sebaiknya divaksinasi setelah kelompok prioritas rampung. Sekolah tatap muka harus dibuka dengan aman.
“Pedagang belakangan gampang. Sekolah ini tutup sampai kapan, gitu lho. Rugi setahun, bayangi,” pungkasnya.